Senin, 03 November 2014

Sebuah cerita singkat dari Jenni Anggita




Ini cerpen keempat saya di akhir dua ribu empat belas dalam bunga rampai Belukar Kisah Bianglala Rasa.


Rasa kecil saya masih terus menyelimuti sepanjang proses sampai akhirnya kemarin 1 November 2014 buku itu di-launching. Riuh hari itu, bagi saya adalah pembuktian kecintaan kita pada dunia sastra bahwa sastra tetap hidup meski kita sudah meninggalkan bangku kuliah.

Ketika di sana, pelan-pelan saya dibisiki, yang selanjutnya perlu ditanamkan dalam diri adalah berkarya saja, soal kritiknya, serahkan pada kritikus sastra. Layaknya labirin, masih banyak rute yang belum saya jelajahi, laut yang belum diselami. Dan tentu saja, buku ini pemicu untuk terus menulis, menulis, menulis...
 

Terima kasih Kelir Kata dan khususnya Ananto Sutyasno Setyaji. Idris Utama yang tak putus menyemangati. Sang editor Mursyidatul Umamah. Diana Nurwidiastuti dan geng pantar tercinta. Mas Ignatius Haryanto dan kawan agenda18. Mentor dan kawan akademi kebidanan novel dkj. :-)

Sumber http://on.fb.me/10iqqRE



Jenni Anggita
Menulis cerpen "Nyonya Bast" dalam kumpulan cerpen Belukar Kisah, Bianglala Rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar